Senin, 05 Mei 2008

Masa Tuaku, Mungkin

Aku hanya tinggal memiliki satu orang kakek dan satu orang nenek. Keduanya adalah orang tua ayahku. Keduanya juga sudah sakit-sakitan.

Aku rasa setiap orang tua pasti akan melewati fase ini. Sakit-sakitan ketika tubuh mereka sudah terlalu lelah untuk tetap bertahan hidup. Bahkan bagi mereka yang selalu menjaga kesehatan mereka sejak kecil. Dari seorang vegetarian sampai seorang pecandu rokok tingkat parah. Semuanya akan merasakan saat ketika tubuh mereka mulai kehabisan baterai, dan akhirnya benar-benar kehabisan itu. Lalu mati. Jika umur mereka mencapai masa itu.

Kakekku beberapa kali keluar masuk rumah sakit. Kebanyakan karena penyakit jantungnya. Beberapa kali karena matanya, gulanya, atau keluhan lainnya. Namun otaknya masih bekerja layaknya anak muda. Belum pikun dan masih sering menghasilkan karya.

Sebaliknya dengan nenekku. Badannya masih sangat kuat. Setiap kali aku berkunjung ke rumahnya, ia bisa bolak-balik dari ruang depan ke ruang televisi sebanyak lebih dari lima kali. Padahal jaraknya lebih dari sepuluh meter. Sangat aktif. Sayangnya ia adalah penderita alzheimer, sebuah penyakit kepikunan yang diakibatkan penurunan fungsi saraf otak yang kompleks dan progresif. Itu adalah penyakit yang membuat orang tidak dapat membedakan dimensi tempat ia berada. Jika kamu baru berkenalan dengan orang yang mengidap alzheimer, mungkin namamu akan ditanya sebanyak sepuluh kali dalam waktu semenit. Awalnya lucu, tapi lama-kelamaan kau akan merasa jenuh dan kesal. Terkadang malah kamu akan ditanya tentang zaman Belanda.

Inilah dua kemungkinan penyakit yang mungkin akan kau alami di masa tuamu. Badanmu sakit namun otakmu tetap sehat, atau otakmu sakit dan badanmu sehat.

Awalnya aku lebih memilih pilihan yang pertama, walaupun aku tak punya kekuasaan untuk memilihnya. Aku lebih suka jika badanku sakit, namun otakku masih berfungsi sebagaimana mestinya. Ini membuatku tetap merdeka. Membuatku tetap ada. Seperti kata Descartes.

"I think therefore I am."
-Descartes.


Namun pilihanku berubah akhir-akhir ini. Untuk apa punya pikiran yang merdeka jika tubuhmu sudah tidak berdaya lagi? Bukankah itu justru membuat kita menderita? Bukankah kebahagiaan adalah hal yang paling dicari di dunia ini?

Jika kaulihat nenekku, kau akan selalu melihat kebahagiaan dalam dirinya. Hobinya menyanyi, dan lagunya selalu bernada bahagia. Setiap kali ia merasa kesal selalu ia lupakan, namun tampaknya ia tak dapat melupakan kebahagiaan. Senyumnya menunjukkan bahwa ia tak punya beban dan memang ia tak punya beban. Tak ada lagi yang harus ia lakukan, ia bebas melakukan apapun yang ia suka. Ia tidak terikat ketentuan apapun. Ia hanya menggali kebahagiaan.

Bukankah ini yang dicari manusia selama ini? Kebahagiaan? Lalu kenapa mereka lebih bangga merdeka otaknya dengan menanggung segala penderitaan yang ada? Tidakkah mereka ingin melepas beban mereka untuk menjadi bahagia?

Terkadang aku tak mengerti kenapa otak ini membimbingku ke arah penderitaan. Apakah aku bisa mengendalikan hidup ini?

Lalu ketika aku kembali melihat nenekku. Ia tersenyum. Aku tengok lagi, ia tertawa. Inikah kebahagiaan sejati? Atau apakah ia justru tidak merasakan kebahagiaan? Tapi rasanya ia sangat bahagia.

Aku tak bilang menjadi alzheimer adalah hal yang baik. Aku hanya ingin menyampaikan bahwa pikiranmulah yang membawamu kepada kebahagiaan, atau penderitaan. Terserah pilihanmu. Kau tinggal memilih.

5 komentar:

GumiLiaNo mengatakan...

Pilihan sulit yang harus ku pilih...
kebahagiaan semu kah atau kebahagiaan nyata kah yang kita butuhkan????



keren ghaz mantaf.......... id like it...

Ghazi Binarandi mengatakan...

gw suka istilah lo. kebahagiaan semu dan kebahagiaan nyata. kayaknya manusia kebanyakan cuma mencapai kebahagiaan semu deh!

adit mengatakan...

"Happiness is good health and a bad memory." - Ingrid Bergman

cocok tuh...

Anonim mengatakan...

akhirnya lo taw juga gaz!

"Inilah dua kemungkinan penyakit yang mungkin akan kau alami di masa tuamu. Badanmu sakit namun otakmu tetap sehat, atau otakmu sehat dan badanmu sakit."

Apa bedanya? sama2 otak yang sehat!

hebat, keren, puitis!
smoga kakenene lo tetep sehat! amin...!

ternyata pribahasa "tong kosong nyaring bunyinya" salah ya buat lo gaz!!!

tetep jadi tong isi yang nyaring, dan bunyinya di dengar satu bumi!!!

_pepe_

Ghazi Binarandi mengatakan...

oh ya, pe. makasih yah ralatnya. udah gw betulin.

Yang Terlarang

Ini adalah kali pertama saya patah hati setelah sekian lama tidak. Kalau kemarin ada yang tanya kepada saya, apa rasanya sakit hati, akan sa...