Senin, 01 Februari 2010

Seperti Kilatan Petir

Spontan. Banyak yang terjadi secara tak sengaja. Tak direncanakan. Tak diatur. Tiba-tiba terjadi dan ketika kita menyadarinya, yang ada tinggal keterkejutan.

Sontak aku dibuat kaget. Darimana pula datangnya ini?

Seringkali manusia berbicara tanpa sepenuhnya berpikir. Mereka membawa arah pembicaraan sesuai arus yang sedang mengalir kuat.

Sehebat-hebatnya atlit arum jeram, mereka bakal mengayuh dengan menyesuaikan arus sungainya. Gegabah jika dia mencoba melawannya, bodoh. Alam terlalu kuat untuk tubuh manusia yang didesain lemah ini.

Yang melawan arus, dialah yang mati. Yang berhasil melawan arus, dialah yang juara. Sangat menarik kalau peraturannya dibuat begini.

Akhirnya manusia menemui risiko, sesuatu yang tidak akan bisa dihindari. Sekalipun kita lari dari padanya. Bahkan proses larinya sendiripun sebenarnya mengandung risiko yang mungkin saja lebih besar daripada jika kita memilih untuk menghadapinya.

Risiko memang bukan untuk dihindari, risiko untuk dikendalikan.

Kita tak tahu apa yang ada di balik tabir kabut tebal yang menghalangi pandangan kita akan masa depan. Bahkan kita buta akan masa kini, atau--lebih parahnya lagi--masa lampau.

Manusia tidak sepenuhnya sadar akan keadaannya. Dan manusia memang perlu untuk disadarkan akannya. Manusia, sejujurnya sangat pelupa.

Atau itu hanya berlaku bagiku.

Yang Terlarang

Ini adalah kali pertama saya patah hati setelah sekian lama tidak. Kalau kemarin ada yang tanya kepada saya, apa rasanya sakit hati, akan sa...