Akhir-akhir ini aku banyak mengalami keanehan dalam diriku. Keanehan yang tak biasa kutemui sebelumnya.
Biasanya aku selalu membuat tulisan yang terstruktur. Maksudnya adalah tulisan yang kubuat punya kerangka sebelumnya sehingga ketika aku ingin menulisnya dalam sebuah karangan utuh maka aku tinggal mengembangkan kerangkanya saja. Tapi akhir-akhir ini beda. Akhir-akhir ini aku justru lebih sering menulis sebuah tulisan-tak-terstruktur. Tulisan yang tak terlalu kupikirkan jadinya dan hanya kubiarkan mengalir saja. Bagiku ini lebih menarik.
Kebiasaan baruku ini membuat aku sering berpikir tentang tulisan-tulisanku di tempat-tempat yang tidak pas. Aku pernah mendapatkan inspirasi tentang bahan yang akan kutulis di dalam mobil ketika melintas di sebuah daerah yang baru kutahu bernama Dayeuh Kolot (kalau tidak salah ini adalah bahasa Sunda dari Kota Tua). Dan aku juga pernah memikirkannya di kebun bambu di dekat rumah salah seorang asisten rumah tangga dari kakaknya ibu saya. Ini serius. Itu semua kebanyakan terjadi secara mendadak. Tapi, percayalah, itu semua belum terlalu aneh.
Aku mengalami sesuatu yang lebih aneh lagi akhir-akhir ini. Aku menemukan inspirasi tentang tulisanku di alam mimpi! Subhanallah.
Aku pernah membaca sebuah fakta bahwa otak manusia bekerja lebih keras saat tidur dibanding ketika menonton televisi. Entah fakta tersebut dapat dipercayai kebenarannya atau tidak yang jelas fakta ini cukup mencengangkan. Sebegitu santainyakah otak kita ketika menonton televisi?
Dan fakta itu masih menelurkan satu pertanyaan lainnya, sebegitu berfungsinyakah otak kita ketika tidur? Selama ini aku tahu bahwa walaupun kita tidur otak kita tetap bekerja dalam alam bawah sadar. Dan yang kutahu adalah kita tidak berpikir dalam tidur kita. Tapi tampaknya aku salah dalam hal ini. Kalau aku benar, lalu apa namanya mimpi?
Aku tidak bohong, aku menemukan inspirasi untuk tulisanku di mimpi sebanyak dua kali. Yang pertama berupa semacam penggalan percakapan dalam sebuah cerita, yang kedua inspirasi itu berupa sebuah penggalan dari prosa.
Bodohnya aku tidak langsung mencatat syair-syair yang terungkap dalam mimpiku langsung ketika aku terbangun. Aku justru tercengang dalam waktu lama sehingga aku kini nyaris melupakannya.
Ada sedikit hal yang bisa kuingat dari penggalan prosa yang "kutemukan" dalam mimpiku. Penggalan prosa itu menggunakan kata-kata dengan rima yang serasi pada setiap akhirnya. Hanya sedikit memang, namun sangat bermakna karena itu "kutemukan" di alam mimpi.
Lebih istimewanya lagi aku jadi sadar akan sebuah -entahlah aku harus menyebutnya dengan apa- gaya sastra model baru yang tak pernah kupelajari atau kuterka dengan begitu jelas sebelumnya. Gaya itu kunamakan "balik kata".
Satu kalimat yang kutemui dalam mimpiku adalah "luas membentang".
Sudah kukatakan sebelumnya bahwa penggalan prosa mimpiku itu menggunakan kata-kata yang berakhiran rima yang serasi. Dan akhiran yang "kupilih" pada saat itu adalah -ang.
Aku teringat, dalam mimpiku, dengan kata "membentang" yang kebetulan adalah favoritku sekaligus kata yang sangat cocok dalam penggalan prosa ini. Tadinya, lagi-lagi dalam mimpiku, aku ingin menggunakan kalimat "membentang luas", namun akhirannya menjadi -as.
Dan -masih dalam mimpi tentunya- kutemukan solusi itu! Kubalik saja katanya, dan alhasil kudapatkan kata "luas membentang". Biasanya aku jarang menggunakan solusi macam ini. Aku juga terheran-heran sendiri.
Mungkinkah ini memang pikiranku yang masih tetap berjalan walau sedang tidur? Atau memang Allah ingin aku mengetahui tentang hal ini? Entahlah.
Yang jelas, jika kau tanya aku, kurasa jawabannya adalah keduanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yang Terlarang
Ini adalah kali pertama saya patah hati setelah sekian lama tidak. Kalau kemarin ada yang tanya kepada saya, apa rasanya sakit hati, akan sa...
-
Tepat kata itu. Tepat pilihan kata itu. Sungguh memikat hati. Dua memang selalu membingungkan. Bahkan lebih baik dibuat tiga sekalian. Agar ...
-
Malam ini udara tidak sedingin biasanya di kota Bandung. Akhir-akhir ini Bandung memang panas. Aku berjalan menyusuri jalanan kota Bandung. ...
-
Malam berurung siang. Menolak siapa punya bertahta. Yang tak hingga tak digenggam jua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar