Minggu, 01 Maret 2015
Momentum
Dalam segala perihal hidup, momentum selalu menjadi pion yang paling utama: sekon yang cepatnya lebih singkat dari kedipan mata elang kadang lebih berarti dari kepakan sayap bidadari yang getarnya menyentuh sanubari. Apalagi kau, yang datang bukan hanya menjadi kemilau angan yang tak pernah terkira tadinya, tapi justru mencakup desir penghapusan dari segala nikmat yang dipenuhi dengan segala syukur mahaberterima yang datang persis seperti angin lalu. Kini kau beri aku gejolak hati--rona padam yang membasahi wajahmu di kala terpaan angin utara menghadang; aku berbalik--coba mempersiapkan penghalang. Tapi seribu kata pengakhiran itu terucap sudah; membuyarkan segala impian mulai dari cerita makan sushi hingga kereta bayi. Lucu memang cara kerja cinta, tapi di situlah cintaku padanya tumbuh hingga titik puncaknya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yang Terlarang
Ini adalah kali pertama saya patah hati setelah sekian lama tidak. Kalau kemarin ada yang tanya kepada saya, apa rasanya sakit hati, akan sa...
-
Tepat kata itu. Tepat pilihan kata itu. Sungguh memikat hati. Dua memang selalu membingungkan. Bahkan lebih baik dibuat tiga sekalian. Agar ...
-
Malam ini udara tidak sedingin biasanya di kota Bandung. Akhir-akhir ini Bandung memang panas. Aku berjalan menyusuri jalanan kota Bandung. ...
-
Malam berurung siang. Menolak siapa punya bertahta. Yang tak hingga tak digenggam jua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar