I
Tak punya kawan yang menemani
Mentari masih sendiri
Bertarung melawan sepi
Membinasakan kekosongan yang melanda
Menjaga agar diri tetap ada
Menjaga agar diri tetap ada
Mentari masih sendiri
Sudah begitu sejak dahulu
Dengan jumawa, kokoh berdiri
Padahal hati selalu diiringi haru
Mentari masih sendiri
Mentari selalu sendiri
Angkasa dikuasainya
Semua gaya direnggut karena wujud yang raksasa
Benda langit mana yang tak tunduk pada kedigdayaannya?
Yang tak mampu ditandingi oleh siapa jua
Dan kini, angkasa bergetar,
mentari marah!
Mentari mencari kawan
yang selalu tak ada sejak bumi masih hanya dihuni hewan
II
Putra Adam tak kenal siapa dia
Bulat besar, terletak jauh di atas
Jelaslah, dia bukan teman
Putra Adam bertanya-tanya
Membuat asumsi karena tak tahu
Mempertontonkan kepada sesama untuk terlihat cerdas,
dengan teori yang sebenarnya tak lebih dari tipu
Putra Adam mengagungkannya
Menyembahnya atas sinar terang yang menyilaukan
Sebelum Nabi akhirnya datang membawa banyak cerita
Dan seketika mereka semua disuruh bertobat
"Maafkan kami, Yang Maha Agung!"
III
Mentari selalu menyala
Membagi hangat selagi ajal belum tiba
Si Besar Jumawa juga punya batas usia
Tapi waktu masih belum seberapa
"Oh, Yang Maha Agung! Engkau ciptakan aku sendiri,
adakah maksud itu untuk membuatku mandiri?
Oh, Yang Maha Agung! Engkau buat aku tak punya kawan,
tapi bolehkah aku melawan?"
Mentari masih sendiri
Sampai zaman mencapai batas keteraturan
Berharap pada Putra Adam lagi-lagi buat asumsi:
Setiap diri, punya kebalikan
Mentari masih sendiri
Mentari butuh teman berbagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar