Yang lama seharusnya sudah usang, tapi masih saja tidak pantas untuk dibuang.
Lembaran baru mungkin sudah harus dibuka, tapi aku masih ragu dalam melangkah.
Hanya satu pertanyaan: siapa?
Dua puluh empat jam dikali ribuan, menghasilkan angka dengan jumlah yang selalu membuat mataku melotot sesaat. Dua puluh empat jam ini masih bisa terus bertambah.
Siapa?
Pintu hatiku masih tertutup. Tertutup karena tidak dibuka. Belum dibuka.
Tok, tok, tok.
Seseorang mengetuk pintu hatiku. Aku tak tahu siapa dia. Kulayangkan satu pertanyaan. Hanya satu pertanyaan: siapa?
Siapa kamu yang mengetuk? Mengusikku di tengah kedamaian dalam suasana sunyi nan tenang ini. Pantaskah itu?
Siapa?
Sungguh aku bertanya dan sungguh dia tak menjawab. Tentu saja, karena aku bertanya dalam hati. Tentu dia tidak bisa telepati. Aku juga tidak.
Siapa?
Coba kuulik semuanya dan yang kudapat hanyalah sebuah nama.
Apa artinya sebuah nama, jika nama itu tak menunjukkan makna. Lebih baik kutunggu angin mengantarkanku ke stasiun berikutnya.
Sabtu, 30 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yang Terlarang
Ini adalah kali pertama saya patah hati setelah sekian lama tidak. Kalau kemarin ada yang tanya kepada saya, apa rasanya sakit hati, akan sa...
-
Tepat kata itu. Tepat pilihan kata itu. Sungguh memikat hati. Dua memang selalu membingungkan. Bahkan lebih baik dibuat tiga sekalian. Agar ...
-
Malam ini udara tidak sedingin biasanya di kota Bandung. Akhir-akhir ini Bandung memang panas. Aku berjalan menyusuri jalanan kota Bandung. ...
-
Malam berurung siang. Menolak siapa punya bertahta. Yang tak hingga tak digenggam jua.
1 komentar:
blognya dibikin dari perdebatan di jalan raden patah no.39??
Posting Komentar