Minggu, 24 Agustus 2008

Raungan Pujangga Kesepian

Ke mana perginya para pujangga-pujangga kecilku? Yang senandungnya selalu memenuhi telingaku di kala sepi. Membangunkanku dari suasana yang sunyi nyaris mati.

Pulanglah kalian. Aku rindu kalian.

Tak peduli berapa mili liter air mata harus kuteteskan lagi. Atau kubayar saja dengan keringat bau pesing pertanda pengorbanan tak berujung?

Ke mana perginya kalian? Kenapa kalian menjauh?

Aku seperti sebuah kotak. Bukan kotak korek api, bukan pula kotak kado dari sinterklas. Aku hanyalah kotak peti mati. Kosong. Entah apa yang seharusnya mengisinya.

Sedang apa kalian selama ini wahai pujangga-pujangga kecilku? Maukah kalian kembali lagi ke sini? Menari-nari lagi di dalam tempurung otakku, sambil membisikkanku dengan nyanyian-nyanyian paling merdu yang pernah kudengar.

Kalian pergi, aku sepi. Kalian menjauh, aku hanya bisa mengeluh. Membilas apa yang seharusnya kubasuh, untuk mendapatkan kembali kalian, yang akan mengantarkanku ke jalan untuk bertemu dengannya.

Sadarkah aku? Atau sadarkah kalian?

Selama ini kalianlah yang mengantarkanku ke tempat ini, dan sekarang kalian pergi. Meninggalkanku sendiri. Jadinya aku hanya bisa meratapi sambil menangis. Aku ditinggal pergi.

Aku jadi tersesat di belantara penuh binatang buas ini wahai pujangga-pujangga kecilku! Bawa aku lari dari sini! Selamatkan aku!

Satu, satu, dan satu. Seharusnya kita bersatu. Kalian tak pernah meninggalkan aku, ternyata kalian selalu bersamaku.

Dan aku baru saja sadar.

Selama ini aku sendiri.

Dan akulah yang selama ini memilih untuk mati. Hingga tiba waktunya untuk bangkit kembali.

Kini, dengan senang hati aku menyambut kalian lagi. Selamat datang kembali.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

wah,lo kesepian disana? tuh kan kangen ama gw! hahaha, kren de sastra nya, tuh dlm rangka HUT RI ke 63 ya?

Yang Terlarang

Ini adalah kali pertama saya patah hati setelah sekian lama tidak. Kalau kemarin ada yang tanya kepada saya, apa rasanya sakit hati, akan sa...