Senin, 29 September 2008
Langkah Pertama di Negeri Senja
"BRAK!" Terdengar suara pintu menjeblak terbuka, akhirnya pinta gerbong kereta api itu menganga juga. Setelah sekian lama diam membisu, para penumpang yang lain pun menjadi penasaran ingin tahu siapa yang membuka pintu tersebut.
Kini suasana dalam kereta api itu menjadi bertambah dingin, pengaruh dari udara Negeri Senja (yang ternyata dingin bukan main) yang masuk karena pintu membuka. Setiap orang berlindung di lapisan selimut wol yang tebal, beberapa yang tidak mempunyai selimut langsung mencari segala cara untuk menghangatkan diri dengan melapisi baju mereka dengan baju-baju lain yang mereka bawa.
Aku penasaran kepada keadaan di luar, juga kepada siapa yang membuka pintu. Tak seorang pun penumpang di gerbong itu yang melihat orang yang membuka pintu tersebut. Semuanya tidak menyadari hal itu sampai pintu benar-benar terbuka.
Akhirnya beberapa orang mencoba untuk turun, aku termasuk salah satunya. Sebagian turun karena sudah tidak tahan lagi dengan kondisi kereta yang kian terasa membeku, sebagian lagi turun karena sudah terlalu bosan berada di dalam kereta.
"Negeri Senja ternyata hanya begini-begini saja," ujar salah seorang penumpang yang ikut turun. Dari tampangnya terlihat jelas campuran raut kecewa sekaligus puas.
Akhirnya semua penumpang turun. Dan kami semua membentuk sebuah lingkaran besar, tidak disengaja, ini semua terjadi secara naluriah.
Negeri Senja tampak begitu sepi sekaligus indah, begitu mempesona sekaligus menyeramkan, begitu cantik sekaligus angkuh. Negeri Senja terlihat sangat penuh rahasia.
Tapi kami semua akhirnya bisa juga menjejakkan kaki kami ke Negeri Senja, penyebabnya tentu saja pintu yang tiba-tiba saja membuka dengan misterius, tanpa seorang pun tahu siapa yang membukanya. Andai pintu itu tidak membuka secara tiba-tiba, tampaknya tak seorang pun dari kami berani untuk membukanya.
Kadang banyak kejadian-kejadian ganjil yang terjadi di sekitar kita justru malah mengantarkan kita ke kejadian-kejadian lain yang lebih ganjil lagi. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Selanjutnya kami semua berpikir bagaimana cara untuk mendapatkan makanan di Negeri Senja.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yang Terlarang
Ini adalah kali pertama saya patah hati setelah sekian lama tidak. Kalau kemarin ada yang tanya kepada saya, apa rasanya sakit hati, akan sa...
-
Tepat kata itu. Tepat pilihan kata itu. Sungguh memikat hati. Dua memang selalu membingungkan. Bahkan lebih baik dibuat tiga sekalian. Agar ...
-
Malam ini udara tidak sedingin biasanya di kota Bandung. Akhir-akhir ini Bandung memang panas. Aku berjalan menyusuri jalanan kota Bandung. ...
-
Malam berurung siang. Menolak siapa punya bertahta. Yang tak hingga tak digenggam jua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar