Seorang bocah berlari dalam kompleks
Sedikit terjenggal, digilas laju mobil
kilat bak kencana
Sang ayah kontan meraung,
"Gila!"
Anaknya mati sesaat.
Seminggu, si bocah pulang ke rumah
Si ayah sontak linglung lagi takut
"Bukankah kau sudah digilas mobil gila, Nak?"
Si bocah tersenyum simpul,
tak beri sekata jua buat ayah tercinta
Si ayah digerayapi
Dihantui arwah gentayangan
anaknya sendiri
Si bocah menangis edan
Mengapa ayahnya kini malah menghindarinya?
Ayah yang dulu teman setiap waktu
Bermain dadu atau gundu
Di manapun mendampingi selalu
Idola sejati si bocah lugu
Ayah yang dulu
Si ayah cari rumah baru
Tak tahan dengan roh penasaran,
wujud anaknya sendiri
Kasih ayah-anak terhijab nyawa
Si bocah menangis edan
Sedu-sedan tak ada yang peduli
Dia kini tuyul wujud syaitan
Mana ada yang menaruh simpati?
Si bocah menangis edan
Tak punya tempat
Tak punya teman
Si syaitan menjelma keparat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yang Terlarang
Ini adalah kali pertama saya patah hati setelah sekian lama tidak. Kalau kemarin ada yang tanya kepada saya, apa rasanya sakit hati, akan sa...
-
Tepat kata itu. Tepat pilihan kata itu. Sungguh memikat hati. Dua memang selalu membingungkan. Bahkan lebih baik dibuat tiga sekalian. Agar ...
-
Malam ini udara tidak sedingin biasanya di kota Bandung. Akhir-akhir ini Bandung memang panas. Aku berjalan menyusuri jalanan kota Bandung. ...
-
Malam berurung siang. Menolak siapa punya bertahta. Yang tak hingga tak digenggam jua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar