Senin, 07 April 2008

Pilihan, Seleksi, dan Bertahan


Ada dua hal yang kusuka dari Charles Robert Darwin. Yang pertama adalah teorinya tentang seleksi alam dan yang kedua adalah jenggotnya yang lebat.

"Only the strongest survive," ujarnya.

Teorinya tentang seleksi alam membuat dunia terguncang. Semua orang memperdebatkannya. Bahkan hingga kini, nyaris dua abad setelah kelahirannya. Bagi Darwin hanya yang kuat yang dapat bertahan hidup. Seperti yang ia contohkan lewat jerapah-jerapah yang berleher panjang, yang menurutnya adalah suatu keunggulan dibanding 'saudaranya' yang berleher pendek. Karena itu membuat mereka mampu mendapatkan makanan untuk bertahan hidup sekalipun leher panjang itu juga membuat tampilan mereka terlihat aneh dan menjadikan mereka favorit di kebun binatang dan buku anak-anak.

Seleksi alam memang berlaku untuk kehidupan. Karena hidup secara tidak langsung berarti bersaing dengan manusia lain sesama spesies Homo sapiens.

Makhluk hidup yang berada dalam spesies yang sama merupakan pemegang relung yang sama. Kedudukan mereka setara dalam rantai makanan - kecuali kalau anda vegetarian dan saya omnivora, atau anda penyantap babi sementara saya adalah muslim yang taat - selebihnya semua sama.

Tidak hanya dalam rantai makanan. Manusia dengan manusia yang lain juga bersaing dalam soal mendapatkan kedudukan, mencari jodoh, mendapatkan tempat tinggal, sampai soal berebut kesenangan. Yang jelas semuanya berawal dari satu akar: usaha untuk bertahan hidup.

Dari masa ke masa bumi selalu dihuni semakin banyak manusia. Yang berarti semakin sedikit hutan dan lahan kosong akibat kebutuhan manusia akan lahan untuk tempat tinggal mereka. Dan berakibat terhadap semakin sedikitnya pohon-pohon dan hewan-hewan. Itu semua membuat bumi semakin tidak membutuhkan manusia atau lebih tepatnya bumi semakin membutuhkan jumlah populasi manusia berkurang. Itu adalah realitas. Kehadiran manusia di muka bumi ini cenderung membawa kerusakan di mana-mana. Hutan-hutan ditebang, hewan-hewan dieksploitasi, dan polusi ditebarkan di seluruh pelosok. Hampir semua temuan manusia yang mulanya ditujukan untuk memberikan kemudahan untuk manusia tersebut justru akhirnya lebih banyak membawa kehancuran. Kebanyakan dari temuan-temuan tersebut bersifat destruktif dan hanya sedikit saja konstruktif. Lihat saja apa yang dihasilkan oleh TNT, mesiu, plastik, pestisida, dan kendaraan bermotor. Oleh karena itu wajar jika bumi butuh pemangkasan jumlah manusia.

Mungkin akan banyak protes tentang ide soal pemangkasan jumlah manusia ini, terutama dari kalangan agamis, tetapi sebenarnya gelagat dunia sudah menuju ke arah itu. Untuk apa program keluarga berencana dilaksanakan kalau bukan untuk mengurangi jumlah manusia yang ada sekarang?

Mungkin kita yang sudah lahir di dunia ini tidak perlu khawatir tentang program KB itu, kecuali kalau kita masih berupa sperma kecil yang masih belum mencapai sel telur yang harus kita buahi. Tetapi kita yang sudah lahir ini punya beban untuk bertahan hidup.

Banyak ujian yang kita hadapi dalam kehidupan ini. Ujian yang sebenarnya lebih tepat jika dikatakan 'seleksi'. Tujuannya tentu adalah untuk mencari mereka yang terbaik dari seluruh calon yang tersedia. Untuk mencari mereka yang dapat menembus seleksi alam. Untuk mencari mereka yang mampu bertahan.

Inilah yang harus kita jalani. Kita hidup di dunia untuk bersaing. Kita hidup di dunia untuk bertahan hidup. Tukang koran dan Bill Gates tadinya mempunyai kesempatan yang sama sebelum mereka menentukan keputusan mereka masing-masing. Bill Gates memilih untuk menjadi salah satu dari orang-orang terkaya di dunia sementara tukang koran itu memilih untuk hidup lebih sederhana. Itu adalah pilihan mereka masing-masing.

Sekarang masalahnya hanya satu: apa pilihan kita? Menjadi yang tercepat? Menjadi yang terkuat? Atau menjadi yang terpintar? Yang jelas semuanya tidak akan terlepas dari ujian dan persaingan. Anda tidak dapat dikatakan yang terpintar jika anda adalah satu-satunya murid di kelas.

Kita hidup dalam ujian hidup. Kita bertahan dengan bersaing. Kita tidak punya pilihan selain berjuang dan menang. Sayangnya banyak manusia yang lebih memilih untuk kalah. Semoga kita tidak termasuk satu di antara mereka.

Tidak ada komentar:

Yang Terlarang

Ini adalah kali pertama saya patah hati setelah sekian lama tidak. Kalau kemarin ada yang tanya kepada saya, apa rasanya sakit hati, akan sa...