Senin, 07 Mei 2012

Bulan

Sempatkan tengok langit malam, cari bulan di mana. Ada purnama sempurna berikut cahaya temaram yang tependar. Indah sekali.

Aku jadi berandai-andai, bagaimana jika tiap hari adalah purnama sempurna? Pasti tiap yang sulit menemukan pelarian, jika memang tidak diterima untuk dikatakan jalan keluar. Andai tiap hari adalah purnama sempurna, akan banyak harapan terkembang. Mimpi manusia akan menolak mati, yang lenyap tinggal waktu untuk digunakan produktif.

Lantas apa jadinya kalau semakin banyak mimpi tercipta dan waktu tersia? Mengkreasi jiwa yang semakin kaya namun jasmani yang semakin fakir. Akibat zaman yang selalu menuntut karya. Tidak peduli pada mereka yang terbuai dalam impian di alam pikir.

Akibatnya, manusia sekarang makin ogah menikmati bulan. Mereka memandang bulan hanya ketika pandangnya tertangkap sekelebat ketika langit-langit bocor di malam hari. Atau ada kepentingan untuk memeriksa mendungnya angkasa agar perjalanan tidak terusik hujan. Sisanya, bulan hanya dijadikan ornamen angkasa. Teman langit yang cuma jadi bingkai kehidupan tanpa pernah sekalipun ditelisik.

Padahal, menikmati bulan menawarkan kepergian sementara dari dunia, menghapus penat sekaligus menenangkan hasrat, melepaskan belenggu di bumi tanpa perlu pergi senyatanya.

Dan hebatnya lagi, bulan mampu menyatukan manusia; darimanapun mereka berada, manusia akan selalu menatap bulan yang sama.

Tidak ada komentar:

Yang Terlarang

Ini adalah kali pertama saya patah hati setelah sekian lama tidak. Kalau kemarin ada yang tanya kepada saya, apa rasanya sakit hati, akan sa...