Selasa, 21 Juni 2011

Memori dan Peluang

Aku bahkan lupa bagaimana aku bisa sampai jatuh hati padamu.

Diawali dengan perkenalan, sebuah perkenalan biasa (di hari yang biasa pula), kemudian berlanjut ke fase berikutnya: saat begitu banyak detik dilalui dengan memikirkanmu. Membuat banyak kegiatanku yang lain tertunda, atau tidak dapat tuntas dengan maksimal, karena prioritasku bergeser. Dan itu gara-gara kamu seorang!

Namun, bukannya aku mau mengumpat. Aku tidak sedang menyalahkanmu karenanya. Semua itu jelas bukan salahmu. Bahkan aku pun tak tahu: ini salah siapa? Karena pikiran ini yang sering meloncat tiba-tiba, memunculkan memori-memori yang terkenang tentangmu. Tidak banyak memori detail, tapi gambaran umum saja sudah cukup banyak membuka rasa. Aku bagai diperbudak oleh memori.

Dan aku sendirilah yang menciptakan memori tersebut! Atau bukan (karena tidak dapat disebut begitu). Tuhanlah yang menciptakan memori, aku hanya terlibat di dalamnya. Aku dan kamu. Membuat hari-hariku lebih berwarna, atau malah jadi tambah suram. Benar, tidak selalu memori membawa kebahagiaan.

Lalu kenapa kamu yang muncul? Bukankah dalam pikiran ini, tersimpan jutaan memori lain tentang apapun itu, tidak melulu itu tentang kamu, tapi kenapa yang muncul selalu kamu?

Lagi-lagi, aku tidak bermaksud mengumpat. Aku hanya ingin meluapkan kegelisahan ini karena hanya memori yang selalu terungkap. Padahal, aku berharap untuk dapat menciptakan peluang untuk membuat sesuatu lain yang nyata sehingga nantinya itu dapat menambah daftar memori yang telah terekam di pikiran ini tanpa pernah mati. Setidaknya, selama otak ini masih sehat.

Lalu, muncul pertanyaan: hal-hal semacam apakah peluang itu? Sejujurnya, aku pun tak tahu. Aku belum tahu.

Tidak ada komentar:

Yang Terlarang

Ini adalah kali pertama saya patah hati setelah sekian lama tidak. Kalau kemarin ada yang tanya kepada saya, apa rasanya sakit hati, akan sa...