Senin, 17 Januari 2011

Kalut

Selemah ini raga jatuh tunduk
untuk rasa yang entah apa, tak jelas wujud bentuk

Serapuh ini diri dibuat goyah
atau mungkin hanya aku yang memang payah
seperti kebiasaan kalah akibat menyerah

Segalau ini hati merana
mencari-cari apa yang sebenarnya tak sirna
Terlanjur berhuni kepada yang belum sepenuhnya nyata

Sebesar ini angan berharap
seperti prajurit menanti dari posisi tiarap
tabah menunggu aba-aba dengan sigap

Sejauh ini jiwa melompat
merasakan hal-hal yang dulu tak sempat,
atau terlambat
Terkejut sambil banyak doa terus dipanjat

Seluas ini kesempatan terbuka
bagai main bola di lapangan desa:
Tendang sini, tendang sana
Gol! Teriakan mengudara:
Seperti haruku kepada keindahan dunia

Segelap ini misteri tertutup
Tersembunyi, bagai tersimpan dalam ruang yang mengatup
Tidak bebas berkeliaran layaknya udara yang kita hirup

Serapi ini Tuhan bercerita,
walaupun babak ini belum seberapa,
tapi tetap: Pilihan adalah hak penuh manusia

Tidak ada komentar:

Yang Terlarang

Ini adalah kali pertama saya patah hati setelah sekian lama tidak. Kalau kemarin ada yang tanya kepada saya, apa rasanya sakit hati, akan sa...