Sabtu, 13 September 2008

Ramadhan yang Lain


Akhir-akhir ini tampaknya hari demi hari terasa lebih panjang dari biasanya. Dan terasa lebih padat. Walau begitu beberapa di antaranya terasa begitu rapuh.

Sekali lagi peran waktu terasa begitu angkuh, akhir-akhir ini aku merasa benar-benar tertekan.

Kereta api sudah sampai ke Negeri Senja, tapi kabut di sana masih belum saja mereda. Suasana masih mencekam dan membuat siapapun ragu untuk turun dari kereta. Kami semua, hingga saat ini, masih diam dalam kereta, menunggu salah seorang turun dan menyaksikan apa yang terjadi padanya sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan langkah selanjutnya. Kami semua memang harus ekstra hati-hati di sini.

****

Saat ini bulan Ramadhan, bulan yang dianggap suci oleh umat Muslim seluruh dunia. Begitu pun juga dengan aku. Dan Ramadhan kali ini kujalani dengan begitu berbeda. Aku rasakan satu hal: Ramadhan kali ini begitu "berisi".

Mungkin Ramadhan kali ini tidak kujalani dengan begitu taat seperti ketika kujalani empat-lima tahun yang lalu. Ketika aku masih merasakan begitu nikmatnya menjadi Muslim yang taat. Aku tahu aku benar-benar rindu suasana Ramadhan seperti itu, tapi sulit sekali untuk kembali ke masa itu. Segalanya berubah, walau aku sedang berusaha mencoba mengembalikan beberapa hal kepada tempatnya yang semula.

Seringkali Ramadhan diumpamakan sebagai fase kepompong oleh ustad-ustad yang sering memberikan ceramah pengantar ibadah tarawih. Dan aku menganggap perumpamaan itu begitu tepat, Ramadhan memang fase kepompong. Dan kita harus melewatinya dan keluar dari sana sebagai "kupu-kupu yang cantik". Sayang sekali bagi mereka yang memilih untuk merusak kepompong mereka dan gagal keluar sebagai kupu-kupu. Memangnya sampai kapan mereka memilih untuk menjadi ulat yang begitu gemuk dan menjijikkan itu?

Segala fasilitas sudah disediakan untuk berubah, maka seharusnya berubah menjadi mudah.

Tetapi banyak rintangan yang masih tetap menghadang.

Segala ujian harus dilalui dengan tabah, itu juga yang sedang kucoba lakukan, walau terasa begitu sulit.

Aku rindu melewati Ramadhan sebagai Muslim yang taat.

****

Segarusnya aku sudah dewasa sekarang, makanya aku berusaha mengatur segala sesuatu dengan begitu terorganisasi. Aku tak mau membuat blunder sekecil apapun.

Aku sudah mencoba untuk kembali ke arah yang begitu kurindukan, sebagai Muslim yang taat -bukan- sebagai Muslim yang mencoba untuk menjadi taat.

Menikmati segalanya dengan begitu harmonis.

Segalanya memang harus benar-benar direncanakan. Dan aku sudah mempunyai sebuah rencana. Rencana untuk masa depan yang sampai saat ini masih kurahasiakan.

Tidak ada komentar:

Yang Terlarang

Ini adalah kali pertama saya patah hati setelah sekian lama tidak. Kalau kemarin ada yang tanya kepada saya, apa rasanya sakit hati, akan sa...